Sugeng Rawuh, Wilujeng Sumping,, Selamat Datang

Dengan Menyebut Asma Alloh Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang...

Kamis, 07 Januari 2010

kangen lagi sama ibu...

Baru rencana yang belum dijalani aja udah sakit ati
Gimana nanti?
Ya Alloh, sungguh
Aku rindu kampung halamanku

Entah ekspresi wajah apa yang aku pasang kelak jika benar-benar terjadi
Ke Dieng,
Artinya itu ke Banjarnegara
Melewati jalan Banjarmangu ‘kampungku’ nan asri dan berkelok
Menulusuri jejak masa kecilku yang penuh cerita
Yup, kampong halamanku

aku ga pulang kerumah
Sedih memang,
Sangat sedih sekali,
Tapi mau bagaimana lagi?
Ini yang harus terjadi

Ya
Setidaknya dapat mengobati rinduku pada kampong halaman
Pada aroma pagi Banjarmangu
Yang setengah tahun sudah aku tinggalkan

Bukannya aku ga senang, kalau observasi nanti singgah dulu ke Dieng,
Mungkin bagi teman-temanku itu suatu hal yang menyenangkan karena mereka tak pernah ke sana,
Atau bahkan ada yang belum pernah kesana
Tapi
Itu mengundang kembali rasa rindu pada rumahku,yang kini perlahan sudah mulai surut oleh berbagai tugas
Dan sekarang
Rindu untuk segara menghirup udara Banjarmangu kembali menggebu
Its kill me…
Itu menyakitkanku
Menyedihkan..
Mengharukan…
Tragis,,,


Aku hanya bisa memandangi rumahku dari jauh
Yang didalamnya ibuku pasti sudah terbangun sedang bermunajat pada Alloh,,,
Owh… ibu seandainya aku bisa merengkuh tanganmu yang sedang menengadah itu lalu memelukmu saat itu juga
Pasti deh,, udara dingin Dieng akan meleleh karena iri dengan dekapan kasih kita
Yang paling menyakitkan lagi,,,
Akan terlihat olehku pusara kering orang terkasihku
Yang telah lama aku tak menziarahinya…
Romo…
Maafkan anandamu ini yang nakal
Ananda janji, jika mudik kelak akan ku ziarahi makamu yang mungkin kini telah kering
Meskipun sekarang ananda tak serajin dinda dirumah menziarahimu,
Percayalah dengan nanda, doa special yang ditaburi cinta dan kasih sayang akan selalu mengalir padamu setiap saat

Tempat tempat-tempat bersejarah yang dulu sering aku kunjungi akan terlewat dalam hitungan detik sebagai pengantar tidur saja
Sepanjang jalan pasti akan ku jumpai rumah-rumah saudaraku yang aku rindukan juga
Ekspresi apa yang harus aku tunjukan?


Menangiskah?

Atau aku harus berteriak di dinginnya malam dalam bus, agar semua oaring terbangun dan menjadi saksi kerinduanku pada ibuku?

Menangis?

Bernyanyi lagu anak-anak, seperti yang aku lakukan dulu ketika melewati jalan itu?

Menghentikan laju bus, lalu aku berlari kerumah dan memeluk ibuku?

DIAM,

Yup, mungkin itu ekspresi yang paling tepat saat itu,
Biarkan malam yang dingin nan sunyi itu menjadi saksi rindu pada ibuku,
Tuntun hati untuk mengingat Illahi, agar jiwa senantiasa dalam dekapan ibuku
Biarkan laju bus menjadi pengantar ke kehidupan masa lalu,
Disaat masih bernyanyi dengan Romo-ibuku,
dan,
biarkan airmata rindu itu mengalir bersama Sungai Serayu
menjadi pelengkap rindumu

Akan ku bayangkan,
Dua sahabat disamping kanan-kiriku
Sebagai ‘mba’ dan adeku,
Yang dulu
Selalu bersamaku menyusuri jalan ini,


Ya Alloh,
Betapa indah malam itu,
Aku akan kembali ke masa laluku
Meski perih bagiku



























[ Romo-Ibu,
foto keluarga waktu lebaran ,, masih dinda simpan dengan apik, dinda pasang juga di Al-Qur’anEmm, supaya gurat kebaikan, cinta dan kasih kalian selalu melekat dalam sanubariku]